Dalam tulisan sebelumnya, dibahas bagaimana peristiwa Gerhana Matahari hanya dapat disaksikan dari sebagian tempat di muka Bumi. Wilayah-wilayah di permukaan Bumi yang berada di luar jalur Gerhana Matahari tidak dapat melihat bayangan Bulan sepanjang siang tanggal 20 Mei 2012. Satu hal yang perlu dicermati di sini adalah bahwa lingkaran Bulan yang diamati dari Bumi pada saat terjadi Gerhana Matahari sesungguhnya adalah bayangan dari Bulan. Permukaan Bulan sama sekali tidak bisa diamati dari Bumi. Wilayah-wilayah di muka Bumi yang tidak dilintasi perjalanan Gerhana Matahari, tidak dapat melihat Bulan karena kecerlangan Matahari pada siang hari mengalahkan gelapnya bayangan Bulan.
Kondisi yang sama sesungguhnya juga terjadi ketika Hilal, sebagai penanda dimulainya awal bulan Hijriah, diamati melalui kegiatan Rukyat.
Hilal adalah sebuah fenomena alam yang terjadi ketika sebagian permukaan Bulan mulai terlihat dari Bumi. Permasalahannya adalah bahwa bagian permukaan Bulan yang tampak tersebut, hanya merupakan sebagian kecil dari permukaan Bulan yang tersinari oleh cahaya Matahari pada saat terbenam.
Bulan Ramadhan 1433 H diawali dengan terjadinya Ijtimak atau Konjungsi Geosentris yang terjadi pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 11:24 Waktu Indonesia Barat (WIB). Setelah terjadi Ijtimak, pada senja harinya ketika Matahari terbenam, dapat dilakukan Rukyat atau pengamatan Hilal. Dari data pada tabel berikut ini, tampak bahwa untuk lima belas lokasi pengamatan Hilal yang tergabung dalam jaringan pengamatan Hilal Depkominfo, ketinggian Hilal pada saat Matahari terbenam sudah positif (di atas ufuk), namun masih sangat rendah (di bawah dua derajat). Ketinggian Hilal maksimum yang mungkin terjadi dapat diamati di pos pengamatan Garut dengan ketinggian hanya sekitar 1 derajat dan 42 menit.
Waktu terjadinya Ijtimak, terbenam matahari, ketinggian hilal dan jarak sudut separasi antara Hilal dengan Matahari dihitung menggunakan peranti lunak PyEphem.
Kecil kemungkinannya Hilal dapat teramati dengan ketinggian di bawah dua derajat. Sebagai ilustrasi, diperlihatkan simulasi Hilal untuk posisi ketinggian maksimum di antara kelima belas lokasi dalam tabel di atas, yaitu di pos pengamatan Pameungpeuk, Garut. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Stellarium dengan setting atmosfer yang ditiadakan. Artinya, dalam kondisi nyata di lapangan, dengan hadirnya awan dan berbagai obyek penghalang di horizon sebelah barat, situasi yang terlihat dalam gambar mungkin akan menyebabkan Hilal sangat sulit dapat teramati.
Dari simulasi ini, kemungkinan besar pemerintah Indonesia akan menetapkan awal bulan Ramadhan 1433 H dimulai keesokan harinya, yaitu mulai waktu Maghrib tanggal 20 Juli 2012. Ini berarti tanggal 1 Ramadhan 1433 H kemungkinan besar akan bertepatan dengan tanggal 21 Juli 2012.
Namun demikian, perlu dicatat dan dipahami juga, bahwa metode penetapan awal bulan Hijriah ada berbagai macam, salah satunya adalah metode Wujudul Hilal. Kriteria Wujudul Hilal kurang lebih menyatakan bahwa awal bulan Hijriah sudah dapat dimulai jika ketinggian Hilal pada saat Matahari terbenam setelah Ijtimak bernilai positif. Dengan menggunakan metode ini dan data ketinggian Hilal positif seperti ditunjukkan pada tabel di atas, awal bulan Ramadhan 1433 H sudah dapat dimulai sejak waktu Maghrib tanggal 19 Juli 2012. Dengan demikian tanggal 1 Ramadhan 1433 H dengan metode Wujudul Hilal bertepatan dengan 20 Juli 2012, lebih dulu satu hari daripada metode penetapan awal bulan Hijriah yang lain.
Kondisi yang sama sesungguhnya juga terjadi ketika Hilal, sebagai penanda dimulainya awal bulan Hijriah, diamati melalui kegiatan Rukyat.
Hilal adalah sebuah fenomena alam yang terjadi ketika sebagian permukaan Bulan mulai terlihat dari Bumi. Permasalahannya adalah bahwa bagian permukaan Bulan yang tampak tersebut, hanya merupakan sebagian kecil dari permukaan Bulan yang tersinari oleh cahaya Matahari pada saat terbenam.
Bulan Ramadhan 1433 H diawali dengan terjadinya Ijtimak atau Konjungsi Geosentris yang terjadi pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 11:24 Waktu Indonesia Barat (WIB). Setelah terjadi Ijtimak, pada senja harinya ketika Matahari terbenam, dapat dilakukan Rukyat atau pengamatan Hilal. Dari data pada tabel berikut ini, tampak bahwa untuk lima belas lokasi pengamatan Hilal yang tergabung dalam jaringan pengamatan Hilal Depkominfo, ketinggian Hilal pada saat Matahari terbenam sudah positif (di atas ufuk), namun masih sangat rendah (di bawah dua derajat). Ketinggian Hilal maksimum yang mungkin terjadi dapat diamati di pos pengamatan Garut dengan ketinggian hanya sekitar 1 derajat dan 42 menit.
Waktu terjadinya Ijtimak, terbenam matahari, ketinggian hilal dan jarak sudut separasi antara Hilal dengan Matahari dihitung menggunakan peranti lunak PyEphem.
Lokasi Pengamat | Tanggal Ijtimak | Waktu Terbenam Matahari | Tinggi Hilal (derajat:menit:detik) | Separasi Hilal-Matahari (derajat:menit:detik) |
Bandung | 19-Jul-12 | 17:47:40 WIB | 1:41:03 | 4:46:39 |
Bangkalan | 19-Jul-12 | 17:26:57 WIB | 1:30:51 | 4:41:42 |
Biak | 19-Jul-12 | 18:02:30 WIT | 0:28:43 | 4:34:14 |
Kudus | 19-Jul-12 | 17:36:08 WIB | 1:33:07 | 4:44:07 |
Kupang | 19-Jul-12 | 17:38:45 WITA | 1:23:29 | 4:28:29 |
Lampung | 19-Jul-12 | 17:59:46 WIB | 1:37:28 | 4:51:02 |
Lhok Ngah | 19-Jul-12 | 18:56:03 WIB | 1:08:33 | 5:19:00 |
Makassar | 19-Jul-12 | 18:03:15 WITA | 1:12:07 | 4:39:33 |
Mataram | 19-Jul-12 | 18:11:19 WITA | 1:31:09 | 4:36:26 |
Medan | 19-Jul-12 | 18:39:27 WIB | 1:11:24 | 5:12:18 |
Pameungpeuk, Garut | 19-Jul-12 | 17:46:19 WIB | 1:42:34 | 4:44:48 |
Pelabuhan Ratu | 19-Jul-12 | 17:51:47 WIB | 1:42:12 | 4:46:51 |
Pontianak | 19-Jul-12 | 17:52:02 WIB | 1:08:49 | 4:56:29 |
Riau | 19-Jul-12 | 18:23:10 WIB | 1:19:39 | 5:04:16 |
Yogyakarta | 19-Jul-12 | 17:35:13 WIB | 1:39:15 | 4:42:00 |
Kecil kemungkinannya Hilal dapat teramati dengan ketinggian di bawah dua derajat. Sebagai ilustrasi, diperlihatkan simulasi Hilal untuk posisi ketinggian maksimum di antara kelima belas lokasi dalam tabel di atas, yaitu di pos pengamatan Pameungpeuk, Garut. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Stellarium dengan setting atmosfer yang ditiadakan. Artinya, dalam kondisi nyata di lapangan, dengan hadirnya awan dan berbagai obyek penghalang di horizon sebelah barat, situasi yang terlihat dalam gambar mungkin akan menyebabkan Hilal sangat sulit dapat teramati.
Dari simulasi ini, kemungkinan besar pemerintah Indonesia akan menetapkan awal bulan Ramadhan 1433 H dimulai keesokan harinya, yaitu mulai waktu Maghrib tanggal 20 Juli 2012. Ini berarti tanggal 1 Ramadhan 1433 H kemungkinan besar akan bertepatan dengan tanggal 21 Juli 2012.
Namun demikian, perlu dicatat dan dipahami juga, bahwa metode penetapan awal bulan Hijriah ada berbagai macam, salah satunya adalah metode Wujudul Hilal. Kriteria Wujudul Hilal kurang lebih menyatakan bahwa awal bulan Hijriah sudah dapat dimulai jika ketinggian Hilal pada saat Matahari terbenam setelah Ijtimak bernilai positif. Dengan menggunakan metode ini dan data ketinggian Hilal positif seperti ditunjukkan pada tabel di atas, awal bulan Ramadhan 1433 H sudah dapat dimulai sejak waktu Maghrib tanggal 19 Juli 2012. Dengan demikian tanggal 1 Ramadhan 1433 H dengan metode Wujudul Hilal bertepatan dengan 20 Juli 2012, lebih dulu satu hari daripada metode penetapan awal bulan Hijriah yang lain.
Kesimpulan
Berdasarkan simulasi pengamatan Hilal pada tanggal 19 Juli 2012 dengan peranti lunak Stellarium, kemungkinan besar sebagian masyarakat Indonesia (terutama yang mengikuti metode Wujudul Hilal) akan mengawali ibadah Ramadhan pada hari Jumat tanggal 20 Juli 2012. Sementara itu sebagian lagi (yang menggunakan metode Rukyatul Hilal dan Imkanur Rukyat) akan mengawali ibadah Ramadhan pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 2012.
Asslkm. Mohon ijin share.
ReplyDeletesalam
Silakan pak/bu Viar.
DeleteAwal ramadan dan syawal memang selalu menjadi masalah bagi orang indonesia, karena itu bagus sekali jika umat ini membaca buku baru yang berjudul "Formula baru ilmu falak ; Panduan lengkap & Praktis (Hisab arah kiblat, waktu waktu shalat, awal bulan dan gerhana)", mudah-mudahan kehadiran buku yang diterbitkan ; Jakarta, Juni 2012 imprint bumi aksara ini membawa pencerahan.
ReplyDelete