Friday, November 07, 2008

Communication As A Mean of Preserving Human Existence

Setiap spesies makhluk hidup di dunia ini punya caranya masing-masing untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Cara paling nyata yang dimiliki oleh seluruh spesies adalah dengan berkembang biak meneruskan keturunan dari generasi ke generasi. Tumbuhan dan Hewan berkembang biak agar spesies mereka tetap eksis.

Bagaimana dengan manusia?

Secara biologis, manusia juga berketurunan agar eksistensi Homo Sapiens tetap berlangsung. Namun ada aspek lain dari keberlangsungan spesies homo sapiens ini: ilmu pengetahuan yang telah diraih oleh nenek moyang manusia harus dipertahankan. Raga boleh hancur, kembali menjadi tanah, tapi ide-ide cemerlang harus diturunkan dari generasi ke generasi.

Dalam bahasa Antropologi, muncullah fenomena "bertutur kata". Ide yang ada dalam kepala salah seorang homo sapiens dikomunikasikan kepada individu-individu lain agar ide itu terus bertahan. Namun tutur kata rupanya juga punya kelemahan. Ada mekanisme lupa di dalam mekanisme fisiologis homo sapiens, sehingga ide yang sudah dikomunikasikan bisa menghilang karena disisihkan oleh ide-ide baru.

Muncullah kemudian fenomena "tulis menulis", di mana homo sapiens mempertahankan eksistensi ide yang mereka raih dalam bentuk tulisan. Dengan ditulis, pencapaian ide yang sudah berhasil diraih oleh satu generasi bisa bertahan lebih lama, lebih lama daripada keberlangsungan tubuh fisik generasi yang menuliskan ide tersebut.

Melalui komunikasi (tulisan dan lisan), homo sapiens bukan hanya mempertahankan eksistensi spesies mereka, tapi juga mempertahankan pencapaian ide-ide cemerlang dari ribuan generasi. Walau kita tidak bertemu langsung dengannya, rumus kesetaraan energi dengan massa benda hasil pencapaian Einstein bisa kita pelajari sampai sekarang. Bahkan ide-ide yang ditemukan dari masa yang jauh lebih tua seperti algoritma Euclid maupun Erasthothenes bisa kita pelajari di masa sekarang.

No comments:

Post a Comment