Salin-tempel dari http://moeidzahid.site90.net/rukyat/rkyt_syawal_1432.htm.
HILAL IMAJINER 1 SYAWAL 1432 DARI CAKUNG
Oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid ,
http://moeidzahid.site90.net
Dalam menyikapi kesaksian rukyat di pantai Cakung Jakarta
Timur sebagian kalangan berargumen "Walaupun secara hisab tidak ada kemungkinan
hilal bisa dirukyat akan tetapi jika Alloh menghendaki kenapa harus ditolak?".
Dalam kaedah ilmu hakekat argumen tersebut tidaklah salah, akan tetapi tidak
bisa dijadikan dasar untuk menentukan hukum syar'i, karena hukum berdasarkan
kenyataan bukan hakekat.
Syarat pertama kesaksian rukyat hilal adalah adilnya seorang
saksi (Al-Adalah/Kredibel) dan yang kedua adalah adanya obyek hilal yang bisa
dilihat secara indera, akal, adat dan syara'. Jadi apabila ahli hisab sepakat
secara ilmiah tidak mungkinnya hilal untuk dilihat, maka kesaksian seseorang
atau beberapa orang adil sekalipun yang menyaksikan hilal harus ditolak, karena
hisab adalah qothi sedangkan rukyat adalah dhonni, I'anatut Tholibin juz 2 hal
216 (Maktabah Syamilah 3.8)
Kesaksian melihat hilal tidaklah serta merta harus diterima
hanya karena saksi bersedia untuk disumpah. Hilal bukanlah benda gaib, hilal
adalah obyek nyata yang bisa diamati, dianalisa dan diprediksi posisi
keberadaannya secara ilmiah. Kesaksian yang tidak rasional memang seharusnya
ditolak. Misalnya, ketika hari sedang mendung, kemudian pada pukul 5 sore
seseorang menyerukan bahwa sudah tiba saatnya berbuka puasa karena telah melihat
matahari terbenam di ufuk barat, yang demikian itu tidak bisa diterima walaupun
kesaksian tersebut diperkuat dengan sumpah sekalipun.
Pun juga kesaksian melihat hilal di Cakung Jakarta Timur
memang seharusnya dipertanyakan karena tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan
yakni hisab hakiki (qoth'i). Memang sebagian hisab taqribi (hisab yang
perhitungannya belum menggunakan segitiga bola) mengklaim bahwa ketinggian hilal
pada tanggal 29 Agustus 2011 tersebut sudah mencapai 3-4 derajat. Akan tetapi
berdasarkan penelitian kami sepuluh tahun terakhir ini hasil perhitungan dengan
hisab taqribi jauh dari realitas di lapangan dengan pengukuran yang seksama
menggunakan perangkat theodolite. Dan ketidak sesuaian hisab taqribi ini juga
bisa dibuktikan ketika terjadinya gerhana bulan maupun gerhana matahari yang
mana kesalahannya mencapai 1 jam.
Untuk itu menurut hemat penulis agar tidak menambah
perselisihan dalam penentuan awal Romadlon, Syawal dan Dzulhijjah diantara para
ahli hisab sendiri, sebaiknya tidak menggunakan hisab taqribi dalam penyusunan
kalender hijriyah, bersikaplah obyektif dalam menilai keakurasian sebuah metode
hisab karena kitab hisab bukanlah kitab suci yang tidak boleh dikritisi. Kitab
hisab/falak seharusnya dikoreksi terus-menerus dengan melakukan pengukuran
seksama terhadap matahari dan bulan agar sesuai dengan perkembangan zaman dan
realitas yang ada.
Seperti diberitakan beberapa media televisi, seperti di TvOne
bahwa hilal awal Syawal 1432 hijriyah terlihat di Cakung Jakarta Timur dengan
ketinggian 3,5 derajat. Andaikata klaim itu dianggap benar tentu satu hari
berikutnya 30 Agusuts 2011 ketinggian hilal minimal sudah mencapai 15,5 derajat
karena secara rata-rata kecepatan bulan dalam sehari semalam diatas 12 derajat.
Akan tetapi realitasnya satu hari berikutnya tinggi hilal saat maghrib hanya 14°
10' 50"
Setelah tidak berhasil melihat hilal pada hari Senin, 29
Agustus 2011, kami Lajnah Falakiyah NU Kabupaten Gresik bersama Lajnah Falakiyah
NU Surabaya dan Lajnah Falakiyah Lanbulan Madura melakukan observasi hilal pada
hari berikutnya (Selasa, 30 Agustus 2011) di bukit Condrodipo Kebomas Gresik
koordinat 112° 37' 2,5" BT, 7° 10' 11,1'' LS.
Dalam observasi ini kami menggunakan tiga theodolite, Nikon
NE-202, Nikon NE-102 dan theodolite China. Sebelum pengamatan hilal berlangsung
azimut theodolite kami kalibrasi dengan matahari. Petunjuk waktu menggunakan
Casio W96H dikalibrasi dengan Atom Time. Untuk mengarahkan theodolite ke arah
hilal kami menggunakan tabel yang kami persiapkan sebelumnya dengan algoritma
Irsyadul Murid dan sebagai pembanding kami menggunakan Accurate Times dan
Ascript.
Sabit bulan pertama kali terlihat pada pukul 17:14:00
(sebelum maghrib) ketika theodolite kami arahkan ke posisi Alt 18° 15' 05", Azm
269° 49' 10". Pada posisi tersebut hilal tidak pas di tengah-tengah theodolite,
lalu posisisinya kami perbaharui mengikuti obyek hilal tersebut dan terbaca di
layar theodolite posisinya berada di Alt 17° 49' 25", Azm 269° 49' 10". Untuk
melihat foto saat tersebut silahkan klik link dibawah ini :
http://moeidzahid.site90.net/rukyat/foto_rukyat_29_08_2011/foto_rukyat_29_08_2011_01.JPG
Setelah obyek hilal terdeteksi, kami mengikuti hilal sampai
saat maghrib tiba yakni pukul 17:30:30 dimana posisinya berada di Alt 14° 10'
50", Azm 269° 20' 05". Untuk melihat foto saat tersebut silahkan klik link
dibawah ini :
http://moeidzahid.site90.net/rukyat/foto_rukyat_29_08_2011/foto_rukyat_29_08_2011_02.JPG
Dengan demikian klaim hilal dari Cakung yang melihat hilal di
kisaran 3-4° derajat pada hari Senin 29 Agustus 2011 tidak sesuai dengan adanya
bukti otentik yang diambil saat maghrib pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 di
Condrodipo, Andaikata klaim hilal dari Cakung tersebut dianggap benar tentu satu
hari berikutnya ketinggian hilal minimal sudah mencapai 15,5 derajat karena
secara rata-rata kecepatan bulan dalam sehari semalam diatas 12 derajat. Akan
tetapi realitas yang ada satu hari berikutnya tinggi hilal saat maghrib hanya
14° 10' 50"
Maka bisa jadi obyek yang terlihat di Cakung tersebut
bukanlah hilal 1 Syawal 1432 H. melainkan potongan awan yang terkena sinar
matahari yang akhirnya terbentuk seperti hilal. Atau bisa jadi hilal imajiner
yang timbul karena terobsesi oleh kenginan yang kuat untuk melihat hilal dengan
dukungan system hisab yang ketinggian hilalnya berkisar antara 3°- 4°.
------------------
Penulis adalah :
- Dewan Pakar Lajnah Falakiyah
NU Gresik
- Koordinator RHI (Rukyah
Hilal Indonesia) wilayah Gresik
- Anggota Badan Hisab Rukyat
Jawa Timur
- Litbang Forum Kajian Falak
Jawa Timur
-
Anggota ICOP (Islamic Crescents'
Observation Project)
No comments:
Post a Comment